Lambang atau logo dibuat untuk mengungkapkan sesuatu
yang lebih besar / banyak, dengan tanda yang sedikit, kecil, mudah diingat, dan
tentu indah. Begitu juga dengan lambang kepausan. Ada 2 lambang resmi kepausan,
yakni: Lambang Vatican sebagai negara dan Lambang
Pribadi Paus
yang sedang bertahta.
Lambang Vatican / Tahta Suci
Lambang resmi Vatikan berbentuk perisai merah
yang di dalamnya terdiri dari gambar tiara (mahkota susun 3), dua kunci warna
emas dan perak bersilang / diikat singel.
TIARA (Triregnum)
yakni gambar mahkota bertingkat 3. Sejak 1143 – 1963, pada upacara Pemahkotaan
atau Mahkota Triple itu dipasang di kepala Bapa Suci sebagai lambang kekuasaan.
Tiga tingkat dalam mahkota itu melambangkan tiga kekuasaan Paus, yaitu sebagai Uskup Universal, Puncak Yurisdiksi dalam Gereja, dan Kepala Negara Kepausan. Tiara ini biasanya dikenakan ketika Paus
mengeluarkan pernyataan penting dan dalam upacara meriah, seperti kanonisasi
orang kudus. Paus Paulus VI adalah Paus terakhir yang mengenakan tiara itu
ketika diangkat menjadi Paus (1963). Sesudah itu, Paus Paulus VI tidak pernah
mengenakan lagi Tiara kepausan itu dengan mengatakan bahwa kemegahan duniawi
tidak pantas bagi Paus. Maka Paus – Paus berikutnya juga tidak dimahkotai
Tiara; upacara pelantikannya bukan lagi pemahkotaan namun pelantikan /
inaugurasi biasa.
Meskipun tiara bertingkat tiga sudah tidak digunakan
lagi sebagai lambang kekuasaan paus, namun lambang ini masih digunakan sebagai
lambang resmi kepausan, misalnya: dalam dokumen-dokumen resmi,
bangunan-bangunan kepausan, lambang Tahta Suci dan bendera negara Kota Vatikan.
Paus Yoh. Paulus II secara resmi memberikan izin untuk menggambarkan lambang
kepausan tanpa tiara kepausan. Sebagai gantinya dipakailah gambar “Mitra”. Hal
ini tampak dalam lambang pribadi Paus Benediktus XVI dan Fransiskus,
SALIB EMAS pada puncak Tiara melambangkan salib Yesus Kristus.
KUNCI dua kunci berwarna emas dan perak, yang diikat
bersilang dengan tali singel melambangkan kunci Kerajaan Surga yang dijanjikan
Yesus kepada St. Petrus, “Engkau adalah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang
kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepas di dunia ini
akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19)
Lambang Pribadi Paus Fransiskus
Paus Fransiskus tetap mempertahankan perisai
lambangnya saat menjadi Kardinal dan Uskup Agung Buenos Aires, Argentina.
(1) Emblem Serikat Yesus (Yesuit), ordo / serikat Paus Fransiskus adalah
gambar sebuah matahari bersinar dengan huruf “IHS”, yaitu monogram dari nama Yesus Kristus. Sebuah
salib diletakkan di atas huruf H dari monogram tersebut sementara tiga paku
suci diletakkan di bawah monogram tersebut.
Di bagian kiri bawah perisai terdapat gambar sebuah
bintang yang berdasarkan tradisi menyimbolkan SP Maria, Bunda Yesus Kristus dan
bunda gereja. Di sisi kanan bawah perisai terdapat gambar spikenard (tanaman seperti anggur), tanaman aromatik yang
menyimbolkan St. Yosef, pelindung Gereja Universal. Dalam tradisi ikonografi
Spanyol, St. Josef memang digambarkan memegang sebuah cabang spikenard di
tangannya. Dua simbol ini menunjukkan devosi pribadi Paus Fransiskus St. Maria
dan St. Yosef.
(2) Motto Bapa Suci “MISERADO ATQUE ELIGENDO”, (karena Ia melihatnya melalui mata kerahiman dan memilihnya) diambil
dari homili St. Beda mengenai Yesus memanggil St. Matius penulis injil. Hal ini
menyangkut pengalaman spiritual pribadi Paus Fransiskus ketika usia 17 tahun
dimana ia mengalami secara khusus kehadiran Allah yang maha kasih dalam
hidupnya. Setelah pengakuan dosa, hatinya tersentuh oleh pancara kerahiman
Allah yang dengan cinta yang lembut memanggilnya ke dalam hidup religius
mengikuti teladan St. Ignasius dari Loyola. Setelah terpilih menjadi uskup,
untuk mengenang peristiwa yang mengawali penyerahan total dirinya kepada Allah
di dalam Gereja itu memutuskan untuk memilih frase homili St. Beda itu sebagai
motto dan program hidupnya. Begitu juga setelah terpilih sebagai paus, ia minta
agar motto itu dituliskan kembali dalam perisai lambang kepausannya.
(3) Pallium, yakni kain putih yang melingkar di leher dan menjulur
kebawah seperti dasi yang dihiasi dengan salib-salib. Kain putih ini terbuat
dari kain wol dengan sulaman enam salib hitam. Dulu pallium diberikan kepada
paus baru pada saat diresmikan sebagai Uskup Roma sebagai lambang wewenang
rohani. Sejak abad VIII, pallium juga diberikan Paus kepada para batrik dan
uskup agung sebagai tanda kesatuan dengan Bapa Suci.
source: GEMPAR St. Yoseph Palembang 21 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar